Selayang pandang tentang Kebaya di Indonesia

2.1. Pengertian Kebaya

mm_extra_polem_01Kain dan kebaya merupakan pakaian yang dipakai oleh sebagian besar wanita Indonesia, dengan berbagai macam perubahan yang kemudian dikenal sebagai Pakaian Nasional. Baju Kebaya adalah pakaian tradisional (Pakaian Nasional) yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan Malaysia yang dibuat dari kain kasa yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian tradisional yang lain seperti songket dengan motif warna-warni.

Dipercayai kebaya berasal daripada negara Arab dan membawa baju kebaya (yang Arabnya “abaya”) ke Nusantara ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Melaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah penyesuaian budaya yang berlangsung selama ratusan tahun, pakaian itu diterima oleh penduduk setempat.

Kebaya merupakan busana tradisional yang dipakai pada bagian atas oleh wanita khususnya di Indonesia dengan ciri-ciri desain, yaitu: berkrah setali (bersurawe), belahan penutup pada bagian muka baik langsung maupun menggunakan bef dengan peniti atau kancing, serta berlengan panjang dengan bagian pergelangan tangan melebar atau menyempit. Macam-macam material bahan kebaya yaitu brokat, organdi, sutra, tile, sifon dan katun.

2.2. Sejarah Kebaya          

Secara histories ada beberapa teori tentang kebaya sebagai busana wanita, yaitu:

  1. Sejak masuknya Islam ke Indonesia abad 12, busana kebaya dan kerudung telah diperkenalkan oleh para pembawa syair agama tersebut sebagai penutup aurat (Abdul hadi W.M).
  2. Menurut Deny’s Lambard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya jilid 2 kata kebaya berasal dari Kaba  (bahasa Arab) yang berarti pakaian. Istilah ini muncul seiring masuknya tradisi berpakaian sebagai penutup badan di Indonesia sekitar abad 15 hingga 16 bersama masuknya Islam.
  3. Kata Kebaya barasal dari kata Cabie (Persia) yang merujuk pada buju panjang yang terbuka pada bagian depan dan berlengan panjang. (Satjadibrata,1948: 149)
  4. Menurut Adrianto dalam Sejarah Kebaya di Internet bahwa, sejarah kebaya dimulai dari baju yang sering dipakai oleh wanita Melayu. Menurutnya ada dua teori tentang asal kebaya, yang pertama kebaya berasal dari perkataan Arab habaya artinya pakaian labuh yang memiliki belahan di depan. Pakaian ini dibawa oleh Portugis ke Malaka, sehingga kebaya telah lama dipakai di Malaka. Bukan hanya oleh wanita Melayu saja tetapi juga oleh wanita Cina Peranakan (Baba) dengan sedikit perbedaan dalam potongan dan gaya pemakaiannya. Untuk wanita Cina dikenal dengan kebaya encim.
  1. Menurut S. N Sastroningrat, kata kebaya berasal dari kata Cambaia yaitu nama sebuah kota di India Selatan. Pada pertengahan abad yang lalu kota Cambaia merupakan pusat pertekstilan yang terkenal,  salah satu tekstilnya yang dihasilkan adalah kain muslin. Kain ini sangat dingin dan sering digunakan untuk bahan kebaya yang lebih dikenal dengan sebutan kain Cambaia kota asalnya. Lama-kelamaan kata cambaia berubah menjadi kata kebaya.

2.3.  Akulturasi Budaya dalam Kebaya

1. Pengaruh Cina

Pengaruh Cina dibidang busana kemungkinan lebih kecil dibandingkan dengan bidang lainnya. Namun asal usul pakaian yang dijahit belum pernah diajukan secara jelas kemungkinan Cina memainkan peranan tertentu. Penelitian relief zaman Majapahit cukup membuktikan bahwa manusia pada zaman tersebut hanya mengenal kain lipat (pemakaiannya dililitkan). Pemunculan pakaian yang pas terutama pantaloon untuk lelaki dan kebaya untuk wanita pasti terjadi secara lambat laun sejak abad ke 15 sampai abad ke 16 hal ini menunjukkan transformasi budaya secara besar-besaran pada zaman itu yang merupakan tanda mulai berkembangnya budaya masyarakat.

2. Pengaruh Islam

Pengaruh budaya Islam juga tidak bisa dipungkiri karena istilah celana dan seluar, baju dan kebaya, etimologinya mengacu kesebelah barat Samudra Hindia. Menurut kamus Hobson Jobson pada cetakan ulang, tahun 1969 berpendapat bahwa kata kebaya berasal dari bahasa Arab yaitu kaba yang berarti  pakaian, namun diperkenalkan melalui bahasa Portugis. Islam yang tertutup dengan masalah seksual, dan menganjurkan untuk menutup aurat yaitu seluruh bagian tubuh merupakan dorongan dibidang tekstil. Dari pakaian dapat mencerminkan perbedaan pangkat tetapi juga mode tertentu dan keanekaragaman daerah.

3. Pengaruh Eropa

Sejarah juga membuktikan bahwa kebaya telah ada sejak akhir abad ke 18 yang dibawa oleh perantau dari Belanda, hal ini dibuktikan oleh Denys Lombard, yaitu :

….unsur-unsur budaya asli Belanda apa yang mereka bawa. Tentu mereka membawa kebiasaan makan mereka, seperti makan roti serta minum bir dan anggur, yang akan tetap merupakan kemewahan yang dinilai tingg. Mereka juga membawa beberapa kebiasaan berbusana, terutama priany, rambut palsu masih bertahan sampai akhir abad ke 18. Wanita berpakaian “campuran”, yaitu sarung kebaya yang mengkombinasikan kain yang dijahit dan kain yang dililit.

2.4.  Kebaya dalam berbagai nilai

Nilai yang tercipta dalam berbusana kebaya tidak lepas dari bentuk desainnya, yaitu:

  1. Nilai kenyamanan (for comfort)

Kedudukan  busana sebagai alat pelindung sekaligus memiliki tujuan nyaman untuk dipakai, namun pula harus menunjang penampilan.

  1. Nilai kelayakan (for modesty)

Pemakaian busana kebaya perlu disesuaikan dengan kebutuhan baik aktivitas ritual maupun non ritual dengan mengutamakan aspek-aspek nilai etika berbusana.

  1. Nilai pameran (for display)

Perkembangan bentuk desain kebaya pada pascareformasi memiliki fungsi pertunjukkan ataupun pameran. Kebaya tersebut telah mengalami banyak modifikasi.

2.5. Macam-macam kebaya di Indonesia dan modifikasinya

1. Kebaya Jawa

Wanita Jawa mengenakan kebaya pendek dengan tambahan bahan berbentuk persegi panjang di bagian penutup depan (bef). Berlengan panjang dengan bagian pergelangan tangan tidak terlalu lebar. Pemakaiannya dikombinasikan dengan sebuah batik berwiron yang ditempatkan disebelah kiri dengan cara melilitkan kain tersebut melingkari badan dari kiri ke kanan. Sebenarnya asal mula bef adalah dari kemben yang dipakai di dalam kebaya. Dimana kebaya dibiarkan terbuka tanpa dikancingkan. Tetapi  karena kepraktisan dan estetis maka kemben sudah tidak dipakai lagi digantikan fungsinya dengan bef. Untuk pelengkapnya biasanya digunakan selendang batik. Di Yogyakarta dan di Solo kain dan kebaya dibuat dari bahan katun dengan motif khusus yang disebut lurik, atau dapat juga menggunakan bahan dengan warna yang berlainan. Untuk menutupi stagen digunakan selendang motif pelangi dengan teknik ikat celup. Kain lurik dapat diganti menggunakan bahan gabardine yang bermotif kotak-kotak halus dengan kombinasi warna hijau tua dengan hitam, biru dengan hitam, biru dengan hitam, kuning tua dengan hitam, serta merah bata dengan hitam.

2. Kebaya Bali

Kebaya yang dipakai oleh wanita Bali ada 2 macam yaitu, yang berlengan panjang hingga pergelangan tangan serta belahan penutup memakai bef disebut dengan potongan Jawa. Sedangkan yang berlengan longgar sampai dibawah siku dengan belahan penutup langsung disebut dengan potongan Bali. Panjang kebaya tersebut umumnya mempunyai panjang antara panggul terbesar dengan bagian bawahnya rata. Biasanya terbuat dari bahan katun berbunga, kain muslin/organdi/brokat. Kebaya tersebut dapat dipakai bersama kain katun/tenunan tangan/kain khas Bali (yang motifnya dihiasi dengan benang emas dan perak) pada bagian depan kain panjang yang dililitkan diatas kebaya melingkari pinggang.

 3. Kebaya Melayu dari Medan

Wanita-wanita Melayu dari medan di sebelah pantai timur Sumatera Utara memakai baju yang sangat panjang atau disebut dengan baju panjang. Dilihat dari desainnya baju panjang ini sangat mirip dengan kebaya yaitu memakai kerah setali yang membentuk bentuk kerah leher V, belahan penutup langsung menggunakan peniti yang diberi bros sebagai hiasan. Lengan bajunya sangat lebar dan panjangnya hingga pergelangan tangan. Bahan yang dipakai biasanya brokat (kain senduri), sutera, muslin atau voile yang sangat halus yang bermotif besar. Baju/kebaya panajng ini dipakai sebagai pasangan sehelai kain yang terbuat dari katun biasa polos/sarung bermotif kotak-kotak besar atau kain songket. Kadang-kadang baju dan kain kedua-duanya terbuat dari bahan yang sama.

4. Kebaya Tasik

Wanita Tasikmalaya mengenakan kebaya pendek yang panjangnya sampai panggul terbesar, bentuk garis leher segilima dengan kerah berdiri pada leher belakang, belahan penutup pada bagian depan menggunakan kancing baik tersembunyi maupun kelihatan. Menggunakan lengan panjang yang tidak terlalu lebar. Ciri khas kebaya Tasik adalah menggunakan hiasan bordir kawalu serta berwarna cerah. Busana bagian bawah menggunakan kain panjang bermotif batik garutan dari Garut.

 5. Kebaya Palembang

Busana untuk perempuan (wong betino) di daerah Palembang untuk perempuan muda mengenakan kebaya pendek atau bisa juga disebut kebaya landoong atau kalemkari yaitu kebaya panjang hingga dibawah lutut. Busana ini terbuat dari kain yang ditenun dan disulam dengan benang emas maupun benang biasa yang berwarna atau dapat juga dicap dengan cairan emas perada.

6. Kebaya Panjang (Labuh) Riau

Kebaya yang dikenakan oleh para wanita Riau adalah kebaya panjang labuh. Desain kebaya ini hampir sama dengan kebaya melayu pada umumnya yaitu panjang kebaya menutupi panggul hingga pertengahan paha. Menggunakan kerah setali yang membentuk garis leher V dengan penutup peniti atau bros. Berlengan panjang yang tidak terlalu lebar pada pergelangan tangannya. Ciri khasnya kebaya labuh adalah warna kebaya dan kain yang sewarna.

7. Kebaya Minangkabau

Wanita-wanita Minangkabau dari dataran rendah Padang di sebelah barat pantai Sumatera juga memakai baju/kebaya panjang, tetapi lengannya tidak selebar seperti yang dipakai oleh wanita melayu dari Medan. Untuk keperluan upacara biasanya kebaya panjang dibuat dari bahan satin halus yang disulam dengan bunga kecil-kecil yang dilingkari dengan benang emas. Pemakaiannya dengan sehelai kain yang dihiasi dengan benang emas serta dilengkapi dengan sehelai selendang yang diberi sulaman dengan pinggiran benang emas yang diikat dengan teknik makrame. Untuk pakaian sehari-hari menggunakan bahan katun halus atau sutera yang dipadukan dengan sarung katun/sarung batik dari Lasem.

8. Kebaya Manampal Ambon

Kebaya manampal yaitu kebaya cita berlengan hingga siku yang dijahit dengan cara menambal beberapa potong kain yang diatur dan disusun sedemikian rupa. Wanita-wanita dari golongan rakyat biasa di wilayah Maluku Tengah memakai kebaya tersebut yang terbuat dari katun berwarna putih. Kebaya jenis ini biasanya berpasangan dengan kain palekat yang sudah tidak dipakai untuk bepergian oleh kaum wanita.

 9. Kebaya Betawi

Adanya akulturasi budaya dari Cina dan Melayu menyebabkan desain kebaya yang dipakai oleh wanita betawi bervariasi. Desain kebaya yang dipengaruhi budaya Cina lebih mengasimilasi desain kebaya enciim dimana panjang kebaya lebih pendek, pada ujung bagian bawah belahan penutup meruncing (sonday), berwarna putih atau warna-warna pastel. Sedangkan desain kebaya yang dipengaruhi budaya Melayu, kebayanya lebih panjang menutupi panggul dengan bagian bawah yang rata, serta biasanya menggunakan warna-warna cerah, misalnya merah, hijau, dll.

 10. Kebaya Madura

Pada umumnya kaum wanita Madura mengenakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari maupun pada acara resmi. Desain kebaya tanpa kutu baru (bef) atau kebaya rancongan biasanya digunakan oleh masyarakat kebanyakan. Panjang kebaya relatif sangat pendek karena hanya sampai pinggang dengan bagian bawah berbentuk runcing menyerong khas Madura yang penggunaannya ditalikan hingga bagian perut kelihatan. Menggunakan kerah setali dengan bentuk garis leher V serta belahan penutup dengan penutup dinar renteng yang terbuat dari emas dan motifnya polos. Keindahan lekuk tubuh pemakai sangat ditonjolkan dengan bahan kebaya yang tipis dan tembus pandang misalnya dari brokat, sutera, dll. Penggunaan kutang polos yang ketat dengan warna-warna mencolok seperti merah, hijau, biru yang kontras dengan bahan kebaya. Hal ini merupakan salah satu perwujudan nilai budaya yang hidup dikalangan wanita Madura yang sangat menghargai keindahan tubuh. Untuk pasangannya menggunakan sarung batik motif tumpal, atau kain panjang motif tabiruan, storjan atau batik Lasem.

 11. Kebaya Pagatan

Kebaya Pagatan adalah kebaya yang dipakai oleh wanita di Kota Baru, yang sangat dipengaruhi oleh budaya Sulawesi. Desain kebaya ini terdiri dari kerah setali membentuk garis leher V. Untuk penutupnya menggunakan peniti atau bros. Berlengan panjang yang melebar pada bagian pergelangan tangannya. Bagian bawah kebayanya meruncing/sonday. Untuk detil hiasan kebaya ini banyak menggunakan renda baik seluruh bagian tepi serta bagian badan depan dan belakang.

 12. Kebaya Kutai

Salah satu pakaian wanita dari keluarga Raja Kutai Kalimantan Timur, yaitu kebaya Satin. Ada beberapa desain kebaya pada daerah ini yaitu, kebaya yang mempunyai model khusus yang mempunyai tambahan bahan bersulam pada bagian penutupnya serta kebaya yang desainnya mirip dengan kebaya Jawa. Selain Cina daerah ini juga mendapatkan akulturasi dari Jawa.

 13. Kebaya Minahasa

Minahasa merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah propinsi Sulawesi Utara, yang terkenal dengan sebutan orang Manado. Dimasa lalu sehari-harinya wanita Minahasa menggunakan sejenis kebaya yang disebut wuyang (pakaian kulit kayu). Akulturasi dari Cina dan Eropa khususnya Spanyol sehingga mempengaruhi perkembangan desain kebayanya, terutama pada desain lengan, penggunaan warna putih serta detil hiasan yang digunakan. Hal ini menyebabkan desain kebaya  Minahasa sedikit berbeda dengan kebaya-kebaya tradisional yang ada di daerah Indonesia. Pasangan kebaya adalah kain sarung bersulam warna putih dengan dengan sulam motif sisik ikan model ikan duyung. Selain itu juga sarung yang bermotif ikan duyung, motif sarang burung yang yang disebut dengan model salimburung, motif kaki seribu yang disebut model kaki seribu serta motif bunga yang disebut laborci-borci.

 14. Kebaya Sunda

Kebaya Sunda adalah kebaya yang dipakai oleh wanita Sunda. Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 terdapat stratifikasi sosial dalam masyarakat yang juga mempengaruhi desain busana tradisional dalam masyarakat. Kebaya yang dipakai oleh menak, santana dan cacah sangat berbeda ditinjau dari desain, penggunaan bahan, serta detil hiasan. Dalam perkembangannya selanjutnya desain kebaya Sunda terakumulasi dalam desain yang mempunyai ciri-ciri garis leher bentuk segilima, dengan kerah tegak yang menempel pada bagian leher belakang. Saat ini kebaya Sunda banyak digunakan oleh desainer sebagai inspirasi dalam mengembangkan kebaya pada rancangannya.

2.6. Gaya dalam Kebaya

a. Kebaya Bandung

Kebaya Bandung adalah kebaya yang mempunyai kerah setali yang lipatannya sampai dada/bersurawe bagian bawah kebaya pendek dan didepan lebih panjang (ensiklopedia Sunda, 2000: 314). Kebaya Bandung merupakan desain kebaya yang mempunyai ciri khas tertentu yang berasal dari kota Bandung, pada tahun 1950-60an kebaya ini pernah populer dan menjadi trend bahkan terkenal hingga ke Malaysia dan Singapura. Hal ini dibuktikan dengan dipakainya desain kebaya tersebut oleh artis-artis wanita dalam film komedi Malaysia yang sangat terkenal pada tahun 1950-an. Desain kebaya Bandung berupa kebaya yang sangat pendek yang panjangnya hanya sampai di pinggang atau beberapa centimeter dibawah pinggang hingga berkesan menggantung. Menggunakan kerah setali yang membentuk garis leher V dengan belahan penutup pada bagian muka dengan memakai kancing. Bahan yang digunakan untuk kebaya Bnadung adalah brokat yang dipasangkan dengan kain panjang batik.

b. Kebaya Kartini

kebaya Kartini adalah kebaya dengan kerah setali/surawe hingga ke bawah, pada bagian bawah dari depan hingga ke belakang sama panjangnya (rata). Kebaya ini menggunakan tisi atau hiasan semacam mute atau karpatu mulai dari bagian leher melalui dada hingga tepi bagian bawah. Pada tepi bagian bawah dihiasi dengan benang emas dan sejenisnya (Ensiklopedia Sunda : 2000 : 314). Kebaya ini dinamakan kartini karena dipakai oleh Kartini yang merupakan penggerak emansipasi wanita di Indonesia, dan menjadi terkenal setelah Kartini meninggal untuk mengenang jasa-jasanya.

 c. Kebaya Keraton

Kebaya keraton adalah kebaya yang dipakai oleh kalangan kraton atau bangsawan yang membedakan dengan rakyat biasa. Desain kebaya ini berupa kebaya panjang sampai dibawah panggul atau hingga lutut memakai bef maupun tidak. Ciri khasnya adalah menggunakan bahan dari kain beludru hitam dengan memakai pinggiran pita emas yang jaraknya kira-kira 2,5 sampai 3 sentimeter dari tepi jahitan. Saat ini model kebaya tersebut dipakai sebagai busana pengantin wanita di Jawa.

 d. Kebaya Encim

Kebaya encim adalah kebaya yang dipakai oleh wanita Tionghoa Peranakan. Desain kebayanya mempunyai ciri-ciri yaitu : bagian bawah kebaya berujung runcing membentuk sonday, panjang kebaya antara panggul I dan II, lipatan bagian leher lebih sempit dibandingkan dengan kebaya lainnya, pola bagian pinggang menyempit dan melebar di bagian panggul, cara mengenakannya hanya dirapatkan dengan peniti, tidak membentuk lipatan. Jenis kebaya yang dikenal pada kebaya encim adalah berdasarkan bahan yaitu kebaya renda, kebaya border, kebaya kerancang dan kebaya brokat. Di daerah Jawa Barat kebaya encim selain menggunakan warna putih juga menggunakan warna muda atau warna pastel.

 e. Kebaya Indo

Kebaya Indo yaitu kebaya yang dipakai oleh kaum peranakan dari Belanda dan pribumi, bentuk kebaya ini hampir sama dengan kebaya renda Tionghoa Peranakan hanya pada kebaya Indo bagian bawah kebaya rata. Panjang kebaya antara panggul terbesar hingga pertengan paha. Umumnya berwarna putih sama dengan kebaya encim merupakan warna yang mencerminkan wanita baik-baik. Setiap tepi kebaya dihiasi renda dengan warna yang sama dengan kebaya. Renda buatan Swiss dari bahan voile, batis, paris dan antekres yang disambung pada kebaya dengan sangat rapi sehingga nampak menyatu. Morif renda biasanya bunga atau sulur-suluran.

f. Kebaya Nyonya

Kebaya Nyonya adalah sebutan kebaya yang dipakai di Malaysia. Sebenarnya kata nyonya berasal dari bahasa Indonesia yang merupakan sebutan bagi wanita diluar Malaysia yang menikah dengan laki-laki Cina dari Malaysia, anak dari hasil perkawinan tersebut disebut peranakan. Kebaya yang dipakai oleh nyonya inilah yang disebut sebagai kebaya nyonya. Kebaya ini mempunyai ciri khas dan karakteristik sendiri.

Pada awalnya nyonya memakai baju panjang yang berasal dari Sumatra kemudian dalam perkembangannya pada tahun 1920an mulai memakai kebaya yang merupakan pengaruh dari Jawa. Kebaya nyonya pada awalnya berwarna putih menggunakan bahan katun dan voile yang halus. Cri khas desainnya menggunakan kerah setali yang membentuk garis leher V, belahan penutup menggunakan peniti atau bros. Panjang kebaya rata-rata menutupi panggul dengan ujung bagian muka berbentuk meruncing atau sonday. Berlengan panjang yang tidak terlalu lebar pada bagian pergelangan tangannya. Seluruh bagian tepi kebaya dan tepi lengan diberi hiasan baik berupa renda maupun sulaman atau bordiran (Datin,2004).

2.7.  Perkembangan Kebaya di Nusantara

Kebaya merupakan busana nasional Indonesia. Busana Nasional yang berasal dari desain kebaya Jawa merupakan implikasi dominasi serta merupakan hegenomi budaya terhadap 200 suku  yang menjadi bagian di Indonesia. Kebaya tersebut yang dikembangkan dari persamaan pola dasar yang memiliki hampir sebagian besar busana daerah. Menurut hasil kajian yang dilakukan dari buku Pakaian Adat Tradisional di berbagai daerah Indonesia, diketahui bahwa baju wanita yang dibedakan berdasarkan kategori baju buka di bagian depan (seperti kebaya) dan baju yang dibuka di bagian belakang (seperti baju kurung) dengan nama atau istilah yang berbeda.

Pada zaman kolonial, kain kebaya justru dapat menunjukkan perbedaan kelas sosial seseorang dari berbagai kalangan. Perempuan Belanda pun mengenakan kebaya, dengan motif-motif yang berbeda dari yang dipakai oleh perempuan Jawa. Kaum ningrat mengenakan batik tulis, dengan kebaya dari sutra, beludru atau brokat. Kalangan biasa mengenakan batik dan kebaya buatan pabrik. Kebaya dapat membedakan perempuan ke dalam kotak-kotak sosial mereka yang sudah baku, yang memberikan indikasi kelompok etnis, pekerjaan dan status sosial dari laki-laki yang menjadi bapak atau suami mereka.

Setelah Indonesia merdeka, kain kebaya mempunyai makna dan manifestasi yang berbeda. Jika di era revolusi ia merupakan lambang identitas pribumi, maka dalam era Soekarno atau saat Indonesia sedang membangun, kebaya terkait dengan identitas nasional. Kebaya telah menjadi ciri khas Indonesia sejak dicanangkannya kebaya dan batik sebagai pakaian nasional oleh Gubernur DKI Ali Sadikin pada tahun 1968 yang lebih menitik beratkan pada kesan resmi.

Pada sejarah desain kebaya di Indonesia dala perkembangannya hingga saat ini menunjukkan bahwa kebaya mengalami proses transformasi baik inkulturasi dan akulturasi selain dari dalam juga dari luar negara Indonesia. Mulai zaman kolonialisme hingga sekarang desain kebaya mengalami banyak perubahan. Hingga pada tahun 1970an para perancang mulai membuat gebrakan dalam menuangkan kreatifitas juga terus mengembangkan inovasinya dalam desain kebaya menjadi sangat beragam, misalnya dari desainnya, bahannya, pemakaian pasangannya. Pasangan kebaya tidak hanya sebatas kain panjang dan sarung saja tetapi dapat juga berupa rok, kain panjang, celana bahkan celana jeans.

Berkembangnya mode busana saat ini menyebabkan beragam pilihan bagi wanita untuk berbusana. Keinginan berpenampilan yang modis dan simple, efisien menyebabkan pemakaian busana kebaya mulai ditinggalkan oleh kaum wanita. Kecenderungan untuk memakai desain pakaian yang lain lebih besar daripada memakai busana kebaya jika ditinjau dari nilai kepraktisannya serta kesan modern. Fenomena telah menunjukkan bahwa terjadi perubahan fungsi dalam kebaya karena hanya dipakai pada acara tertentu saja misalnya, pernikahan, lebaran, serta acara formil. Hal inilah yang menimbulkan ide para perancang mode Indonesia untuk membuat inovasi dan mengembangkan kreatifitasnya dalam desain kebaya, agar kebaya tetap dapat diterima serta mempunyai nilai tersendiri bagi wanita Indonesia.

Sumber : https://lelifashionDOTwordpressDOTcom/2012/10/19/selayang-pandang-tentang-kebaya-di-indonesia/ & berbagai sumber

Tinggalkan komentar